Dari seorang seniman muda kelahiran Tabanan Bali melakukan percobaan peduli lingkungan. Oka Astawa asyik mengulik keterhubungan seni dan lingkungan. Seni itu seperti kehidupan yang tumbuh didalam lingkungan Bali. Namun banyak kegelisahan yang menghantui kehidupan berkesenian seorang Oka Astawa, sampai pada akhirnya bertemu dengan saya untuk berdiskusi kecil ala tokoh-tokoh tenar masa lampau.
Awalnya cuma ngobrol ngalur ngidul soal tanah yang dijual demi kepentingan yang berkedok ekonomi masyarakat Bali. Kesibukan pariwisata dengan seni budaya Bali tulen yang tidak berevolusi sampai tradisi yang mengalami kontraversi. Pada akhirnya mengerucut pada pembicaraan soal Bali hijau, bagaimana menghijaukan Bali dan hal itu menjadi sebuah budaya layaknya seni di Bali.
Dari hal tersebut muncul nama ECOKO, nama yang idealis dikeluarkan oleh Oka Astawa. Namun bingung harus dibagaimanakan nama tersebut. Sebagai desainer grafis yang juga hobi jalan-jalan ke alam hijau, saya memberikan solusi ide untuk menggarap desain projek hijau yang saya beri istilah sebagai Organic Design. Desain yang berkontribusi untuk alam demi kelangsungan hidup manusia.
Konsep Perancangan Brand Identitas ECOKO Bergaya Organic Design dalam Bali Green Project menjadi menarik ketika dalam pengerjaannya tidak ada kontrak nilai finansial. Ini sebagai donasi dalam kehidupan projek desain kepada lingkungan. Saya melihat akan ada keuntungan bersama yang hadir dalam projek ini, yaitu Bali yang hijau dan lestari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar