Sebelumnya saya bingung ngasi usaha ini dengan nama apa. Muter-muter bolak-balik Jogja - Bali gak ketemu nama yang pas di hati. Setelah akhirnya saya bekerja dulu mulai dari membuat portfolio yang niatnya mau diajukan ke perusahaan yang ada di sekitar Denpasar. Tapi gak lama setelah memulai dengan menata ruang tamu yang berantakan disulap jadi ruang kerja, saya mendapat telpon dari teman lama yang ternyata perusahaan bapaknya sekarang dikelola olehnya. Saya pun kelabakan harus presentasi seperti apa, karena portfolio desain belum jadi dan ruang kerja desain setengah jadi.
Pada akhirnya saya memberanikan diri ketemu dan mengobrol panjang lebar soal banyak hal, mulai dari kerjaan sampai hobi. Lebih seru dari yang saya bayangkan sebelumnya. Ini kerja apa main...
mungkin ini yang disebut bekerja sambil bermain. Dari ngobrol ngarul-ngidul dapat kerjaan yang serius. Dari sinilah akhirnya muncul nama "dados".
Dados yang dalam pengertiannya berarti boleh (bisa), menjadi semangat awal karena diperbolehkan mendirikan tempat kerja sendiri oleh orang tua, diperbolehkan meredesain beberapa elemen-elemen desain yang sudah lama dari beberapa klien, diperbolehkan menjadi partner kerjasama oleh beberapa pihak produksi (Reklame, Percetakan, Media) untuk mewujudkan karya-karya desain.
Di tahun 2013 akhir, saya membranikan diri untuk membangun kantor (studio desain) yang baru. Mengajak 3 teman sebagai team kerja yang saling mendukung. Tidak hanya bekerja dalam artian mencari uang, melakukan eksperimen desain menjadi kewajiban. Banyak ritual yang tercipta, banyak hal yang diperoleh secara tidak langsung. Karena kami meyakini desain adalah berkembang, maka terus mempelajarinya adalah kunci untuk tetap bertahan di dunia desain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar